Pengertian televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap sinyal dan gambar. Kata televise berasal dari kata tele(jauh) dan vision(tampak). Jadi secara terminologi televise dapat diartikan sebagai tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. Dalam perkembangannya televisi dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain televise digital dan televise analog.
Televisi digital
1. Pengertian
Dalam pengertiannya televise digital adalah siaran televisi dengan sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital (digital broadcasting). Perkembangan televisi digital sendiri dilatarbelakangi oleh perubahan lingkungan eksternal, yaitu pasar TV analog yang sudah jenuh dan adanya kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Selain itu juga adanya perkembangan teknologi, yaitu teknologi pemrosesan sinyal digital, teknologi transmisi digital, teknologi semikonduktor serta teknologi peralatan yang beresolusi tingggi. Secara karakteristik televisi digital dibagi berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan sama apabila berada di radius yang sama.
menghadapi transisi dari televisi analog ke televisi digital perangkat pesawat TV analog harus diganti dengan pesawat TV digital yang baru karena televisi analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, penggantian perangkat televisi diperlukan agar TV dapat mendapat sinyal digital. Proses perpindahan dari teknologi analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran. Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Berdasarkan hasil survey dinyatakan bahwa saat ini penggunaan perangkat TV di Indonesia cukup tinggi dibandingkan media informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah keluarga di Indonesia itu memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka dapat dinyatakan bahwa media TV merupakan sarana yang paling tepat untuk digunakan sebagai distribusi dan diseminasi informasi di Indonesia.
Dengan keterbatasan alokasi frekuensi yang digunakan untuk penyiaran media TV, tentunya akan mengakibatkan jumlah informasi yang diperoleh masyarakat melalui siaran TV menjadi terbatas dan kurang berimbang. Hal inilah yang dijadikan pemerintah untuk untuk melakukan migrasi dari siaran TV Analog ke siaran TV Digital.
Selain alasan di atas, pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan:
• Perubahan lingkungan eksternal, antara lain:
1. Pasar TV analog yang sudah jenuh
2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
• Perkembangan teknologi, misalnya:
1. Teknologi pemrosesan sinyal digital
2. Teknologi transmisi digital
3. Teknologi semikonduktor
4. Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi
Berbicara tentang perubahan/transisi dapat dipastikan bahwa akan terjadi perubahan-perubahan didalamnya, bila dilihat dari Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga mengalami perubahan yang sangat berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi penggunaan kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3 kanal saja. Disisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke content agregators yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian program itu diubah dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‘MPEG2 multiplexer providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan pemancar TV Digital oleh ‘transport providers’.
Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-informasi layanan masyarakat lainnya.
2. Sistem Pemancar TV Digital
Di seluruh dunia ada tiga standar TV digital, yaitu:
· Digital Television (DTV) di
· Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T) di Eropa dan
· Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial (ISDB-T) di Jepang.
Semua standar di atas berbasiskan OFDM dengan error correcting code reed Solomon dan/atau convolutional coding dan audio codingnya adalah MPEG-2 Audio AAC untuk ISDB-T dan DTV dan MPEG-1 layer2 untuk DVB-T.
Jepang membuat standar sendiri dalam hal TV Digital ini. Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-Tnya Jepang dikabarkan sangat fleksibel dan memiliki kelebihan terutama pada penerima yang bergerak (mobile reception). ISDB-T lebih tahan terhadap efek Doppler. ISDB-T yang merupakan satu dari dua saudaranya yaitu ISDB-S (untuk transmisi lewat kabel) dan ISDB-S (untuk satelit), juga bisa diaplikasikan pada sistem dengan bandwidth 6,7MHz dan 8MHz.
Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode yang dipakai, yaitu:
- mode 1 untuk aplikasi mobile SDTV,
- mode 2 untuk aplikasi penerima yang mobile dan fixed HDTV/SDTV dan
- Mode 3 untuk yang khusus penerima fixed HDTV/SDTV.
Semua data modulasi fleksible untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut TMCC (Transmission and Multiplexing Configuration Control).
3. Peraturan Pemerintah terkait Penyiaran Televise Digital
Untuk penerapan sistem siaran televisi digital di Indonesia, pemerintah telah menerbitkan keputusan yaitu Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 27/P/M.Kominfo/8/2008 tentang Uji Coba Lapangan Penyelenggaraan Siaran Televisi Digital dimana teknologi digital yang akan digunakan adalah sistem siaran Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T). Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan apliksi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun 2000. dalam praktik perkembangannya, Tampaknya perdebatan publik di Indonesia tentang proses migrasi ke sistem digital dunia penyiaran belum begitu intens dan masih terbatas pada elite-elite dunia penyiaran, terutama regulator, operator dan vendor yang akan berbisnis hardware equipment dan program siaran dunia. Dan mungkin sebagian masyarakat masih memandang bahwa transisi televise dari analog ke televise digital dirasa tidak perlu, tidak menarik karena pola hidup masyarakat masih berasumsi bahwa selain televise masih banyak sarana lain yang bias dijadikan alternative dan banyak dari lapisan masyarakat yang masih menitikberatkan pembahasan televise dari segi konten dan bukan dari bentuk penyiarannya.
PERBEDAAN TELEVISI DIGITAL DENGAN TELEVISI ANALOG
1. Kualitas Penyiaran
Dari segi kualitas, gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan Mbps. Di sisi lain, sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
2. Signal
Dilihat dari segi signal digital yang digunakan oleh televise digital adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power) sedangkan pada televise analog yang menggunakan sinyal analog tidak bisa.
proses pengiriman sinyal dalam televise analog adalah dalam bentuk gelombang. Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu. Sinyal analog merupakan pemanfaatan gelombang elektromagnetik. Proses pengiriman suara melalui gelobang elektromagnetik yang bersifat variable dan berkelanjutan. Kecepatan dari gelombang ini disebut dengan hertz (Hz) yang diukur dalam satuan detik.
Misalnya dalam satu detik, gelombang dikirimkan sebanyak 10, maka disebut dengan 10 Hz. Contohnya sinyal gambar pada televise, atau suara pada radio yang dikirim secara berkesinambungan. Kelemahan dari system ini adalah tidak bias mengukur sesuatu dengan cukup teliti. Karena hal ini disebabkan kemampuan mereka untuk secara konsisten terus – menerus merekam perubahan yang terus menerus terjadi, dalam setiap pengukuran yang dilakukan oleh system analog ini selalu ada peluang keragu – raguan akan hasil yang dicapai, dalam sebuah system yang membutuhkan ketepatan kordinasi dan ketepatan angka – angka yang benar dan pas, kesalahan kecil akibat kesalahan menghitung akan berdampak besar dalam hasil akhirnya. Sedangkan dalam televise digital signal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 atau disebut juga biner untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Signal tersebut disebut sebuah bit. Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog yaitu :
- Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
- Penggunaan yang berulang – ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informsi itu sendiri.
- Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.
- Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.
Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power).
Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan izin terhadap rencana pendirian televisi nasional maupun lokal karena keterbatasan frekuensi. Televisi digital pun dapat digunakan layaknya browser internet, sehingga sangat integratif fungsinya.
Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien.
3. Perangkat yang Digunakan
TV yang digunakan untuk menerima siaran digital berbeda dengan televise analog. Untuk menerima TV digital, sebaiknya menggunakan pesawat televisi digital. Namun sebenarnya bisa saja menggunakan TV analog, hanya saja diperlukan alat tambahan yaitu Top Set Box. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah sedikit penjelasan mengenai cara kerja televisi digital dan analog.
4. Faktor pengganggu siaran
kualitas siaran televisi analog ditentukan oleh factor-faktor yang terkait dengan letak geografis, factor alam, dsb, antara lain:
- cuaca,
- letak bangunan dan
- faktor lainnya,
sementara pada siaran televisi digital tidak dipengaruhi faktor-faktor tersebut, sehingga memiliki kualitas suara dan gambar yang lebih bagus, karena datanya tidak mengalami gangguan saat dikirim ke televisi penerima. Televisi digital juga juga menghasilkan gambar yang jauh lebih jernih daripada analog, bahkan banyak pendapat bahwa kualitas DTV setara kualitas gambar DVD. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hasil siaran DTV akan lebih unggul daripada televisi analog.
4. Sistem penyiaran
televisi digital pada dasarnya memiliki cara kerja penyiaran yang tak jauh berbeda dengan analog. Stasiun pemancar televisi digital juga menggunakan gelombang jenis VHF/UHF, hanya saja isi siarannya berbentuk digital. Penyiaran dalam bentuk digital memiliki banyak keuntungan. Isi siaran dalam televisi digital dapat dikirim dengan baik meskipun lalu-lintas gelombang sangat padat. Dalam penyiaran analog, semakin jauh penerima dari stasiun pemancar, maka sinyal yang ditterima juga semakin melemah. Akibatnya, gambar yang muncul menjadi jelek. Dalam penyiaran digital, yang diutamakan adalah peningkatan kualitas gambar. DTV memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi tinggi. Sistem DTV mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi. Sistem televisi digital tidak mengenal gambar tidak jelas, gambar ganda (ghost) dan kualitas gambar buruk lainnya, karena pada teknik digital hanya dikenal ya atau tidak Artinya hanya ada gambar bagus atau tidak ada gambar sama sekali.
Prospek masa depan penyiaran televisi digital di
Penyiaran digital di belahan dunia manapun pasti akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan bahkan beberapa statemen menyatakan bahwa pada tahun 2017 semua saluran televise analog akan dimatikan. Masyarakat sebagai konsumen diyakini tidak bisa mengelak dalam menghadapi perubahan tersebut bahkan dalam hal tersebut sudah dilihat dari jauh hari oleh Menteri Komunikasi dan Infomatika dengan mengeluarkan terlebih dahulu Peraturan Menteri Komunikasi dan Infomatika RI Nomor 07/P/M.Kominfo/3/2007 tertanggal 21 Maret 2007 Tentang Standar Penyiaran Digital Terrestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, ditetapkan standar penyiaran digital terrestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T). Ketika pemerintah memutuskan standar penyiaran digital DVB-T yang berlaku di
Di dunia pertelevisian, setelah ditemukan sistem penyiaran terrestrial yang menggunakan gelombang elektromagnetik/spektrum frekuensi radio, kemudian dikembangkan televisi dengan platform kabel, yang dilanjutkan dengan platform satelit, bahkan kemudian dengan platform internet. Tatkala televisi bisa dipancarkan lewat internet, seperti halnya siaran radio di internet, maka kita sebenarnya sudah masuk pada isu konvergensi. Kasus ini pun menjadi perdebatan menarik di kalangan dunia penyiaran. Digitalisasi ini merupakan inovasi teknologi penyiaran yang menciptakan jalan yang menjanjikan bagi suatu peningkatan dalam hal jangkauan dan keberagaman penyiaran di masa depan.Perubahan teknologi penyiaran harus dibayar dengan mahal. Untuk melakukan migrasi dari analog ke digital membutuhkan biaya besar, baik bagi para operator untuk memperoleh dan membangun infrastruktur penyiaran yang baru (peralatan transmisi, studio, cara pembuatan program baru) dan konsumen (membeli pesawat televisi baru dan top set box).
Walaupun tampak telah kuat dengan landasan hukum berupa keputusan menteri komunikasi dan informatika Tentang Standar Penyiaran Digital Terrestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, ditetapkan standar penyiaran digital terrestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting Terrestrial, Tampaknya perdebatan publik di Indonesia tentang proses migrasi ke sistem digital dunia penyiaran belum begitu meluas ke penonton sebagai konsumen akhir dari sebuah proses penyiaran televisi dan hanya terbatas pada elite-elite dunia penyiaran, terutama regulator, operator dan vendor yang akan berbisnis hardware equipment dan program siaran dunia. Perkembangan teknologi penyiaran harus dipandang sebagai peluang untuk memperluas dan mengembangkan jangkauan jenis-jenis layanan penyiaran yang dapat disediakan bagi para pendengar dan penonton. Semula kita mendengar siaran radio yang dipancarkan lewat gelombang SW, MW, AM dan kini FM. Para radio broadcasters migrasi dari AM ke FM. Pada awalnya televisi disiarkan melalui VHF kemudian menjadi UHF. Orang menonton televisi hitam putih kemudian berkembang nonton televisi berwarna. Karena di Indonesia kanal-kanal frekuensi UHF sudah habis, maka frekuensi VHF yang ditinggalkan pemain lama, juga mulai dilirik dan diincar pemain baru.
Kesimpulan dari segala aspek disisi perkembangan televise digital adalah apabila proses migrasi sudah berjalan dan DTV sudah berlangsung dengan baik maka bukan tidak mungkin bila banyak aspek terkait juga mengalami perubahan dan tidak dipungkiri bahwa semua pihak dapat menilai bahwa datangnya digitalisasi dalam penyiaran akan membawa banyak dampak ekonomis bagi pihak yang jeli membaca peluang bisnis yang luas didalamnya.
DAMPAK PENYIARAN TELEVISI DIGITAL DI
1. Dampak Positif
Dampak positif dari penyiaran Televisi digital, yaitu siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta. Selain itu adalah Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang rendah.
Dampak yang paling krusial adalah pada penerapan televise digital maka pemirsa dapat memilih sendiri kapan akan menonton televisi, penonton televise tidak hanya memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program. Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan. Aplikasi teknologi siaran digital juga menawarkan integrasi dengan layanan multimedia lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay Per View (PPV), bahkan layanan televisi dapat menjadi media komunikasi dua arah.
2. Dampak Negatif
Semua perubahan biasanya tidak hanya membawa dampak positif, akan tetapi terkadang juga ditemukan dampak negative seperti halnya transisi televisi analog menjadi televise digital. Dampak-dampak tersebut antara lain masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan TV analog untuk menerima siaran analog, kini mereka harus berpindah dan membeli pesawat televisi digital yang mendukung program DTV. Bagi mereka yang keberatan untuk membeli televisi digital, mereka tetap dapat menikmati siaran digital, namun sebelumnya mereka harus membeli top set box yang merupakan konverter sinyal digital menjadi sinyal analog, jadi bias dikatakan transisi ini juga merugikan peonton televise sebagai konsumen dalam hal materil karena mengharuskan pembelian perangkat pendukung dalam menerima sinyal televisi. Selain itu dengan adanya DTV, secara otomatis regulasi di bidang penyiaran harus diperbaiki, supaya terjadi sinkronisasi antara peraturan yang ada dengan fakta di lapangan. Kemudian lembaga penyiaran harus melakukan standardisasi dan menentukan perangkat dan teknologi yang baik dan memenuhi standar yang akan digunakan. Industri pendukung dalam dunia siaran digital juga harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya, dimana hal ini tidak bisa selesai dalam waktu singkat dan dana yang terbatas.
semoga ilmu yang dibagikan dapat bermanfaat bagi teman-teman......
BalasHapustq